Dua tahun telah berlalu namun takkan mampu
menghapuskan memoriku tentang kamu. Tentang cinta kita yang sangat singkat. Masih
kuingat pula wajah tampanmu dan senyummu yang selalu mewarnai hari – hariku. Dua
tahun yang lalu, pada bulan Desember pertemuan pertamaku dengan dia. Saat itu
kami bertemu di salah satu pusat perbelanjaan. Awalnya dia tak sengaja
menjatuhkan barang belanjaanku. Lalu aku mengambilnya namun tak aku sangka dia
juga menundukkan badan dan mengulurkan tangannya kepadaku. Dia tersenyum dan
mengatakan “ maaf, aku tadi tidak sengaja”. Aku pun juga tersenyum dan
mengatakan kalau aku memaafkannya. Semenjak kejadian itu, kami jadi sering
berkomunikasi.
Pada
Januari aku mulai masuk sekolah dan menjalankan aktivitasku sebagai seorang
pelajar. Tak ku sangka guruku memperkenalkan seorang murid baru dan dia
ternyata…. Oh hatiku bergetar. Aku masih tak
percaya jika semua ini nyata. Dia tersenyum dan mengatakan “Aku disini, Arztin.” Aku menjawab “ Ya Arzt, Aku senang kau disini”.
percaya jika semua ini nyata. Dia tersenyum dan mengatakan “Aku disini, Arztin.” Aku menjawab “ Ya Arzt, Aku senang kau disini”.
Semenjak
dia ada disini, aku jadi semakin giat belajar. Kami memang bersaing di dalam
kelas itu, namun kami saling memberi motivasi. Tak jarang kami menghabiskan
waktu berdua untuk belajar bersama. Kami itu saling melengkapi. Aku pernah
mendapat nilai yang sangat jelek, lalu aku diam maksudku untuk berintropeksi
diri dan juga menghibur hati. Saat aku termenung di depan kelas, tiba – tiba dia
datang dan menepuk bahuku. “ Sudahlah, ini belum berakhir. Jangan sedih ya,
memangnya materi mana yang belum kamu pahami. Aku siap membantumu.” Aku menjawab
“ Aku tidak apa – apa, makasih ya. Kamu memang baik.”
Bulan
Februari merupakan jadwal pertama kami untuk mengadakan praktikum biologi. Aku satu
kelompok dengan dia. Namun dia yang menjadi ketua kelompoknya. Ada kejadian romantis
di laboratorium biologi. Saat aku ingin mencoba melihat benda di mikroskop dia
juga ternyata ingin melihat mikroskop tersebut. Alhasil kepala kami saling
benturan. Kemudian kami lama saling tersenyum dan berpandangan. Temanku langsung
menyoraki kami. Tak ku sangka dia berlutut dan mengatakan “ Arztin, Ich liebe
dich, maukah kamu menjadi pacarku ?”. Dia memberi sekuntum mawar kepadaku. Seluruh
teman satu kelasku bersorak agar aku menerimanya. Termasuk juga Bu Rini guru
biologi. Aku tak tahu mengapa beliau tidak memarahi kami berdua waktu itu. Justru
malah mendukung kami berdua. Dengan kalimat yang terbata – bata aku menjawab “
Iya, Aku mau.” Semenjak kami berpacaran, kami menjadi selalu bersama. Namun kami
takkan lupa dengan mimpi kami masing – masing. Jadi ya kami saling memberi
motivasi. Walaupun kami ini bersaing kami tak pernah bersikap saling memusuhi
justru sebaliknya saling menyayangi.
Hari
– hariku menjadi lebih berwarna semenjak kehadirannya dalam hidupku. Sebelumnya
aku tak pernah merasakan hal ini. Dia cinta pertamaku dan pacar pertamaku. Namun
pada Juli dia mengatakan kepadaku jika dia akan pergi ke Jerman untuk mengikuti
ayahnya yang bertugas disana. Aku tak mampu menahan air mataku. Dia datang
menghapus air mataku dan mengatakan “ Sayang, aku juga tidak mau berpisah
dengan kamu. Tapi aku juga tak mungkin hidup sendiri disini tanpa kedua orang
tuaku. Aku langsung memeluknya dan mengatakan “ Aku cinta kamu dan aku takkan
sangup kehilanganmu.” Dia berkata “ Aku takkan pergi dari hatimu dan kamu pun
takkan pergi dari hatiku. Kamu cinta pertamaku dan Aku juga sangat mencintaimu.”
Aku menjawab “ Tapi bagaimana dengan hubungan kita ?”
Dia menjawab “ Sayang percayalah, aku mencintaimu
dan aku takkan mungkin berpaling. Kamu disini belajar yang rajin ya. Aku menunggumu
di Jerman. Kamu jangan mudah down lagi. Ingat mimpimu dan mimpi kita berdua. Sudah
jangan nangis, dasar cengeng.” Aku tertawa, aku tau dia berusaha menguatkan
aku. Keesokan harinya aku mengantarkannya ke bandara. Dia kembali mengatakan “
Aku mencintaimu dan kamu harus bisa menyusulku ke Jerman jika kamu juga
mencintaiku. “ Aku pun menjawab “ Aku juga mencintaimu dan suatu hari nanti aku
akan menyusulmu ke Jerman. Kamu hati – hati ya, jaga selalu dirimu juga hatimu,
Arzt.” Dia menjawab “ Ya, Arztin.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar